Tingkat pendidikan perempuan sudah sebanding dengan laki-laki pada saat ini, tapi masih mengalami ketimpangan dalam hal lapangan pekerjaan. “Itu fakta dan tantangan nyata yang harus dihadapi,” kata Co-Chair G20 EMPOWER Rinawati Prihatiningsih dalam keterangannya, Jumat (27/10/2023). Dia mengaku, meski Indonesia memiliki reputasi baik dalam hal kesetaraan gender dan kewirausahaan, tapi perempuan lebih cenderung berkonsentrasi pada bisnis kebutuhan dasar.
“Itu menggambarkan tantangan sosial dan budaya, serta administratif yang mereka (perempuan) hadapi,” jelas dia. Perempuan yang jadi pengusaha, lanjut dia, juga sering beroperasi pada level mikro. “Kondisi itu lebih cenderung karena pengaruh kuat dari budaya lokal, tradisi, dan norma gender di daerah sangat signifikan dan tidak bisa diabaikan,” ucap Ketua Komite Bidang Pendidikan Iwapi ini. Perempuan tidak jadi prioritas Bahkan, perempuan memiliki tantangan yang unik ketika bekerja di suatu industri. “Bukan hanya peningkatan representasi atau upah yang adil, tetapi juga mengatasi masalah mendasar, seperti peralatan keselamatan yang tidak memadai, bahkan tidak ada,” tegas dia.
Atas dasar hal itu, dia menekankan pentingnya mendukung dan memberdayakan perempuan, terutama dalam kapasitas mereka sebagai pengusaha. Berdasarkan data BPS 2020, terdapat sekitar 12,94 juta perempuan di Indonesia yang berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan begitu banyaknya perempuan yang terlibat dalam bisnis dan perdagangan, maka wajib memberikan kebijakan yang positif untuk mereka.
“Dukung mereka lewat kebijakan yang responsif gender bukan hanya menjadi sebuah kebutuhan, tapi sebuah kewajiban,” pungkas dia.
Sumber : Kompas