Thursday, November 21, 2024
Thursday, November 21, 2024
Home » Ragam Faktor Perempuan Minim di Politik: Voters Bias, Beban Ganda

Ragam Faktor Perempuan Minim di Politik: Voters Bias, Beban Ganda

by Nael Ghifary
0 comment

International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menganggap ada sejumlah alasan mengenai perempuan belum terlibat banyak dalam kancah politik di Indonesia.
Program officer HAM dan Demokrasi INFID Rizka Antika mengatakan Indonesia saat ini menduduki posisi buncit soal keterlibatan perempuan dalam politik.

Mengacu pada data World Bank 2021, Indonesia duduk di peringkat 107 dari 183 negara di dunia soal keterlibatan perempuan di politik.

Hal ini juga tergambar dari jumlah perempuan di parlemen yang belum mampu menyentuh angka minimal yakni, 30 persen keterwakilan.

“Keterwakilan perempuan di parlemen hanya 20,87 persen,” kata Rizka dalam acara yang dihelat di Jakarta, Kamis (30/3).

Rizka menyebut faktor pertama perempuan belum terlibat banyak di politik ialah kesenjangan gender.

“Faktor pertama adalah faktor gender gap ambition,” kata Rizka ketika ditemui usai acara diskusi INFID di Jakarta, Kamis (30/3).

Menurutnya, ada beban bagi perempuan di lingkungan masyarakat Indonesia yang jadi penghalang untuk meraih mimpinya di kancah politik. Salah satunya adalah beban rumah tangga yang dianggap sebagai tanggung jawab utama perempuan.

Faktor kedua ialah voters bias. Masih banyak pemilih yang menganggap politisi laki-laki lebih hebat ketimbang perempuan.

“Faktor ini menunjukkan bahwa pemilih masih melakukan diskriminasi terhadap perempuan dan menganggap bahwa calon laki-laki lebih unggul,” katanya.

Rizka juga menyebut hal serupa terjadi di banyak negara. Dia merujuk pada data yang dipublikasikan oleh World Value Survey 2017-2020. Banyak negara yang 50 persen lebih warganya menganggap laki-laki lebih unggul di sektor politik.

Faktor ketiga ialah partai politik. Selaku instrumen kunci, Rizka menganggap partai politik justru masih banyak melakukan diskriminasi terhadap politikus perempuan.

“Sayangnya, masih banyak parpol yang hanya mengunggulkan kandidat laki-laki dikarenakan adanya anggapan laki-laki lebih ‘mudah menang’ dibandingkan perempuan,” ucap Rizka.

Faktor terakhir kalangan perempuan sendiri yang masih enggan mengambil peran sebagai pemimpin jika kelompoknya masih didominasi laki-laki.

Ia menyayangkan fenomena ini tidak terjadi hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.

“Saat ini di dunia hanya ada 21 persen perempuan yang menjadi perdana menteri dan 26 persen yang jadi perwakilan di parlemen data ini merupakan temuan world population review tahun 2023,” katanya.

Sumber : CNN

You may also like

Wanita Berita LLC adalah sumber utama Anda untuk berita dan pembaruan terkini. Kami berusaha memberikan pembaca kami konten yang akurat, mendalam, dan menarik tentang berbagai topik. Tetap terinformasi dengan Wanita Berita!

Wanita Berita, A Media Company – All Right Reserved.