“Laki-laki lebih cocok dan pantas menjadi pemimpin.” Bukan kah sudah sering kita dengar ucapan di atas? Meski kesetaraan gender sudah lama diperjuangkan, namun belum membuahkan hasil yang maksimal.
Perbedaan gender antara laki-laki dan wanita seharusnya tidak menghalangi siapa pun untuk menjadi pemimpin. Akibatnya, wanita dalam dunia kerja terutama di sektor formal kerap dicurigai. Wanita di seluruh dunia terus berjuang untuk meningkatkan kesadaran akan kesetaraan dan menghilangkan perasaan diskriminasi terhadap wanita.
Hal ini diyakini karena laki-laki lebih dapat diandalkan dan dominan dibandingkan wanita. Oleh karena itu, wanita lebih cenderung bekerja daripada tidak. Wanita pada umumnya dibayar lebih rendah daripada laki-laki (Yusrini, 2017).
Namun sayangnya, terlepas dari semua talenta wanita, masih sangat sedikit wanita yang menduduki posisi menjadi pemimpin. Banyak faktor yang menyebabkan jumlah wanita masih sedikit di golongan atas beberapa di antaranya adalah faktor kultural, sistem, stigma yang dapat membuat wanita merasa tidak aman saat melangkah maju.
Gaya Kepemimpinan Wanita
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kepemimpinan antara laki-laki dan wanita adalah gaya kepemimpinan mereka. Pemimpin mampu memakai gaya kepemimpinan atau contoh kepemimpinan yang sama saat mengarahkan bawahan atau anggota. Secara umum, wanita memiliki dua gaya kepemimpinan yang sangat berbeda seperti gaya kepemimpinan yang otoriter dan demokratis.
Pada dasarnya, wanita mempunyai kualitas buat berhasil menjadi pemimpin. Ada hal-hal tentang wanita yang lebih terlihat jika kita membandingkan dengan laki-laki yang biasanya lebih sabar, lembut, empatik, dan mampu melakukan banyak tugas. Serta bertanggung jawab dan siap menerima tantangan yang biasanya menjadi puncak karier wanita.
Tantangan Kepemimpinan Wanita
Umumnya organisasi dipimpin oleh laki-laki, namun seiring berjalannya waktu, wanita bisa menjadi pemimpin organisasi. Banyak wanita hebat yang pernah menjadi pemimpin antara lain presiden, pemimpin bisnis, pemimpin organisasi, dan lainnya.
Laki-laki dan wanita memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Anggapan bahwa wanita tidak layak menjadi pemimpin ternyata keliru dengan kenyataan yang tergambar dalam kisah kepemimpinan ini. Wanita juga ingin merasakan tanggung jawab dan ingin menguasai jabatan di tempat kerja.
Tantangan-tantangan ini biasanya menggambarkan puncak karier wanita. Pada majalah female (2013) tantangan yang dihadapi wanita dalam memimpin suatu organisasi yaitu adanya perbedaan gender antara wanita dan laki-laki. Secara umum, dapat dikatakan adanya hambatan dan kendala terhadap peluang dan karier wanita yang tidak dapat berubah dalam beberapa tahun belakangan ini. Bahwa selama ini perbedaan gender masih menjadi persoalan yang masih tidak bisa diselesaikan dan menjadi hambatan atau kendala bagi wanita untuk bekerja.
Harapan Jika Wanita Bisa Menjadi Pemimpin
Dalam kepemimpinan, wanita cenderung lebih bebas dimana gaya sifat kepemimpinan terjadi dan mendorong partisipasi mereka dalam berbagai informasi. Sebaliknya, laki-laki lebih cenderung memimpin, memberi perintah, dan mengontrol (Silaya, 2016:156). Kepemimpinan wanita di dasarkan untuk mengatasi perkara-perkara yang dihadapinya, terutama menggunakan bidang yang dipimpin tanpa meninggalkan sifat kewanitaannya.
E Guittard, MPA, mendeskripsikan beberapa harapan untuk kepemimpinan wanita yang pertama adalah semakin banyak pemimpin dan role model wanita yang berfokus pada kekuatan dan keterampilan, kedua adalah fokus pada diri sendiri dan mampu melakukan perubahan, dan terakhir pengaruh program yang dimana bukti nyata hasil kerja mereka sebagai pemimpin.
Source : Kumparan