Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada aktivis Iran yang dipenjara, Narges Mohammadi, atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran.
Penghargaan Nobel untuk Mohammadi diberikan setelah gelombang protes melanda Iran menyusul kematian seorang pemuda Kurdi Iran, Mahsa Amini, yang ditangkap tahun lalu karena melanggar aturan ketat dalam berpakaian bagi perempuan di Iran.
Sebagai seorang jurnalis dan aktivis, Mohammadi telah menghabiskan sebagian besar waktunya selama dua dekade terakhir keluar masuk penjara karena kampanyenya menentang kewajiban berhijab bagi perempuan dan hukuman mati.
Berbicara kepada AFP, Jumat (6/10/2023), ketua Komite Nobel Norwegia mendesak Iran untuk membebaskan Mohammadi, seruan yang segera digaungkan oleh PBB.
“Saya mengimbau Iran: Lakukan sesuatu yang bermartabat dan bebaskan peraih Nobel Narges Mohammadi,” kata ketua komite Berit Reiss-Andersen.
Protes baru-baru ini di Iran “mempercepat proses mewujudkan demokrasi, kebebasan dan kesetaraan di Iran,” sebuah proses yang kini “tidak dapat diubah”, kata Mohammadi kepada AFP bulan lalu dalam sebuah surat yang ditulis dari sel penjaranya.
Dia dan tiga wanita lainnya yang ditahan bersamanya di penjara Evin di Teheran membakar jilbab mereka untuk memperingati kematian Amini pada 16 September.
Reiss-Andersen memulai pengumuman yang sangat dinantikan tahun ini dengan kata-kata “Zan, Zendegi, Azadi”, bahasa Farsi untuk “Wanita, Kehidupan, Kebebasan”, nama pemberontakan tahun lalu.
Sumber : CNBC