Nama Dewi Kam mungkin belum terdengar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Namun siapa sangka, ia merupakan wanita terkaya di Indonesia.
Berdasarkan laporan dari Forbes Real Time Billionaires, Rabu (10/5/2023), harta kekayaan perempuan berusia 72 tahun itu ditaksir mencapai US$ 4,7 miliar atau setara dengan Rp 70,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$). Harta kekayaannya melonjak lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Dibanding taipan lain yang sering berseliweran dan kerap jadi sorotan media, Dewi Kam tidak demikian. Tidak banyak yang mengetahui kehidupannya sebagai pengusaha, apalagi kehidupan pribadinya dari masa muda hingga usia senja.
Diketahui, Dewi Kam kini berusia 72 tahun yang berarti dia lahir pada tahun 1951. Dalam penelusuran CNBC Indonesia, satu-satunya sumber tertulis yang menyebut nama dia berasal dari buku otobiografi pendiri jaringan Hotel Sahid, Sukamdani Sahid Gitosadjono berjudul Memoar Sukamdani S.G (2001).
Dalam buku itu diketahui sekitar tahun 1993-2001, atau saat usia 40-48 tahun, Dewi Kam adalah pengusaha Indonesia yang mempunyai kegiatan bisnis di Hong Kong dan China. Dewi Kam tercatat pernah menemui dan menemani Sahid selama kunjungan di Hong Kong.
Diduga kuat, bisnis Dewi Kam sejak dulu adalah sektor energi. Sebab, catatan dari laporan Indonesia Corruption Watch (ICW) berjudul “Siapa di Balik Pembangkit Listrik?” (2020) memberi kejelasan terkait itu.
Tercatat pada 2006 Dewi Kam menghadiri penandatangan kontrak proyek energi antara Indonesia dan China sebesar US$ 3,56 milliar dalam acara Indonesia-China Forum Energy II di Shanghai. Saat itu dia menjabat posisi penting sebagai Presiden Komisaris PT Sumber Gas Sakti Prima.
Catatan ini kemudian sesuai dengan arsip Detik Finance (28 Oktober 2006) bahwa dalam kontrak ini, Dewi Kam mengelola proyek Coal Based Chemical Plant di Balocci, Sulawesi Selatan dengan nilai US$ 687 Juta.
Dalam laporan ICW itu tercatat pula kalau Dewi Kam adalah pemilik PT Sumber Gas Sakti Prima. Dia punya 91% saham bersama dengan Richard Jasin. Selain itu, Dewi Kam juga pemegang saham Birken Universal Corporation dan Direktur Savill Universal Ltd yang berlokasi di British Virgin Island, serta pemegang saham Overseas Finance Ltd yang ada di Samoa.
“Dia diketahui pula merupakan nominee director Execorp Limited, nominee Shareholder Portculis Nominees (BV) Limited dan Sharecorp Limited,” tulis laporan ICW. Seluruhnya adalah perusahaan sektor energi.
Karena menguasai PT Sumber Gas Sakti Prima, Dewi diketahui terlibat dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jepenonto, Sulawesi Selatan. Mengutip Detik.com, keterlibatan ini dilakukan melalui PT Sumber Energi Sakti Prima (SSP), yang bermitra dengan PT Bosowa Energi. Proyek ini mulai dibangun dan beroperasi pada 2014 dengan kapasitas 2×125 MW.
Namun, yang membuat Dewi Kam tertimpa ‘durian runtuh’ adalah saat memiliki saham PT Bayan Resources. Dia adalah pemilik saham minoritas sebesar 10% di perusahaan batu bara itu. Atas dasar itulah, kekayaannya meningkat hampir 100% seiring meningkatnya nilai saham Bayan Resources sebanyak 3 kali lipat pada 2022. Artinya, dia yang sebetulnya sudah kaya, jadi makin kaya pasca keuntungan Bayan.
Source : CNBC