Saturday, December 21, 2024
Saturday, December 21, 2024
Home » 4 Alasan Kenapa Perempuan Korea Enggan Berpacaran dan Menolak Menikah

4 Alasan Kenapa Perempuan Korea Enggan Berpacaran dan Menolak Menikah

by Hening Primastiny
0 comment

Perempuan Korea Selatan (Korsel) dikenal romantisme dan gaya hidup yang menjadi inspirasi di banyak negara di Asia hingga Eropa. Namun, salah satu tren yang kini berkembang adalah sebagian perempuan enggan berpacaran, malas menikah dan tidak mau punya anak. Badan statistik Korea menyatakan semakin banyak orang yang berstatus single dan tinggal sendirian di rumah. Melansir, shethepeople, penelitian terbaru mengungkapkan, 7,2 juta rumah di Korea ditinggal satu orang saja atau sepertiga dari jumlah total rumah di Korea. Min Joo Lee, pakar feminis Korea yang tinggal di Amerika Serikat (AS), mengungkapkan tren tersebut disebut gerakan 4B. Itu dikaitkan dengan perang gender. Dia mengungkapkan, bahwa fantasi di film drama Korea yang menunjukkan romantisme, ternyata hanya fantasi. “Banyak perempuan Korea sendiri justru kecewa ketika mereka berpacaran, kencan, hingga menikah dengan pria Korea,” kata Lee, pakar feminisme dari Universitas Indiana dilansir The Conversation. Pria Korea memang ganteng, tetapi dalam kenyataan, mereka bukan orang yang romantis. Kekecewaan tersebut menjadi pengalaman pahit. Itu pun diceritakan dari mulut ke mulut. Ditulis dalam story di media sosial dan dibaca banyak orang. Akhirnya, muncul suatu tren tentang perlawanan perempuan Korea. Terdapat 4 alasan utama kenapa perempuan Korea enggan berpacaran, tak mau berkencan, menolak menikah, dan tidak ingin punya anak.

1. Menguatnya Gerakan Feminisme Foto/Reuters Selama beberapa dekade terakhir, terjadi pertarungan gender yang sangat kentara di Korea. Pada 2010, Ilbe, situs sayap kanan yang menunjukkan misogini atau kebencian terhadap perempuan, menarik orang untuk berdiskusi tentang perempuan dengan bahasa yang vulgar. Kemudian pada 2015, kelompok feminis ekstrim bernama Megalia berkembang. “Tujuannya memerangi padangan pria Korea yang memandang rendah perempuan,” kata Lee. Setahun kemudian, seorang pria yang memiliki kebencian terhadap perempuan membunuh perempuan secara acak di sebuah toilet umum di stasiun kereta bawah tanah Seoul. Kelompok feminis memandang bahwa tindakan pria itu dipengaruh faktor misogini. Kelompok lain menuding bahwa pria tersebut merupakan orang gila.

2. Meningkatnya Kejahatan Seks Digital Foto/koreaboo Kejahatan seks digital menjadi kontroversi publik di Korea. Itu menjadi bentuk baru kekerasan seksual yang difasilitasi oleh teknologi. Contohnya adalah revenge porn atau menyebarkan foto porno orang terdekat, upskirting atau mengambil foto pantat perempuan dengan membuka rok di publik, dan menggunakan kamera tersembunyi untuk merekam perempuan sedang berhubungan seks atau melepas baju. Pada 2018, terdapat 2.289 kasus kejahatan digital seks, dan pada 2021 meningkat hingga 10.353. Pada 2019, ada insiden besar kejahatan seks digital. Salah satunya sejumlah bintang K-pop merekam dan menyebarkan video perempuan di grup percakapan. Beberapa bulan kemudian, orang Korea belajar tentang “Nth Room Incident,” ternyata banyak penyusup khususnya lelaki yang melakukan kejahatan seks digital. “Targetnya adalah perempuan miskin, pekerja seks atau perempuan ingin mendapatkan uang dengan telanjang,” ujar Lee. “Para penjahat itu meretas media sosial banyak perempuan dan menawari mereka untuk mau foto telanjang dengan ancaman,” paparnya.

3. Kesulitan Finansial Foto/Reuters Banyak perempuan Korea enggan menikah hingga tak mau memiliki anak karena alasan finansial. Mereka tidak memiliki kemerdekaan finansial sehingga tak menikah. Selain itu, biaya perawatan anak yang mahal juga menjadi motif yang memperkuat keengganan mereka menikah. “Keamanan sosial menjadi alasan kenapa banyak perempuan Korea masih single,” demikian hasil penelitian yang dilansir shethepeople.

4. Bahagia Hidup Sendiri Foto/Reuters Melansir The Guardian, banyak perempuan Korea merasa bahagia ketika hidup sendiri. Itu tidak lepas karena tren honjok – beraktivitas sendiri, hingga bihon atau berjanji tidak akan menikah, memang merusak tradisi membangun keluarga di Korea. Seperti diakui Min Kyeong-seok, salah satu perempuan Korea, tidak enggan untuk makan di restoran sendirian dan tinggal di hotel sendirian. Dia pun berbagi pengalaman hidup sendiri di blognya. “Saya ingin menunjukkan orang bahwa saya bisa bahagia meskiopun hidup single,” kata Min.

Sumber : Sindonews

You may also like

Wanita Berita LLC adalah sumber utama Anda untuk berita dan pembaruan terkini. Kami berusaha memberikan pembaca kami konten yang akurat, mendalam, dan menarik tentang berbagai topik. Tetap terinformasi dengan Wanita Berita!

Wanita Berita, A Media Company – All Right Reserved.