“Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orangtua ibu bapak, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyusukannya selama dua tahun, Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tua, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (Qs. 31 : 14). Sesuai dengan makna ayat tersebut, anak adalah amanah Allah yang dipercaya kepada kedua orang tua yang bersangkutan untuk dipelihara dan dididik menjadi anak yang baik, percaya diri (insan kamil).
Di saat ibu berhenti haid adalah pertanda pembuahan dalam Rahim (sel sperma dengan sel telur) beraksi. Dengan kehendak illahi bertemunya zat tampang lelaki yang rupanya seperti cacing yang sangat kecil berpadu satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan itulah yang disebut dengan nutfah (zigot), kian lama bertambah besar. Nutfah yang dalam bentuk segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging kemudian dilengkapi dengan tulang belulang sebagai kerangka terbentuklah janin. Janin itu selalu dibawa pergi kemana pergi dalam bahasa Arab adalah “hamala”, di Indonesiakanlah menjadi hamil.
Di awal kehamilan si ibu mengidam, di sinilah diminta kesabaran dan pengertian suami, karena kehendak istri banyak dan aneh-aneh.contohnya jam 1 malam meminta durian, besoknya meminta jambu, besoknya entah meminta apalagi. Pada usia 5 bulan dalam rahim, Allah lengkapi dengan roh sehingga janin bisa menggerakkan kaki dan tangan untuk menghisap ibu jari. Dari hari ke hari terasa kehamilan itu berat dan melemahkan yang bertambah-tambah.
Dalam kandungan, janin mendapatkan makanan melalui tali pusat (plasenta), begitu juga pernapasan. Kira-kira 14 jam menjelang lahir, sakitnya bukan main. Secara beransur, pintu terbuka, kantong ketuban pecah, plasenta lepas dari dinding rahim. Kalau lahirnya normal, yang keluar duluan adalah kepala disusul oleh bahu kiri atau kanan baru seluruh tubuh, “Allahu Akbar”. Bayi lahir diputus tali pusatnya, pada saat itu bayi menangis. Pada tangis pertama itulah baru bernapas melalui hidung.
“Sibiran tulang” disusukan, tiap sebentar pipis, menangis, tidur sebentar, bangun lagi lalu digendong, kadang-kadang hampir saja tidak bisa tidur dengan nyenyak sementara sang bapak tidur dengan nyenyak karena lelah bekerja di siang hari. Menjelang pandai mandi, memakai baju, menyuapi makanan, ibu lebih dominan. Jadi tidak heran jika si anak soal ‘rengek-merengek’ lebih banyak kepada ibu. Dalam hal ini jika ayah tidak mengambil kesempatan untuk bergabung dengan anak bisa berakibat fatal dalam hal kasih sayang dan kedekatan jiwa.
Kalau ibu bersedih hati, kecewa oleh tingkah laku anak-anaknya, maka anak harus cepat menyadari jangan sampai tergolong anak yang durhaka. Berbuat baik kepada orang tua adalah nilai utama sesudah berbakti kepada Allah. Apabila anak ingin hidup senang dan bahagia yang diredahi Allah tidak bisa karena keredhaan Allah mesti diiringi keredhaan orang tua.
Sebagai hamba yang berakhlak karimah, terjadinya kita seperti ini adalah melalui ibu atas kerjasama dan keterbukaannya dengan bapak. Disyukuri atas pertemuan ibu bapak yang diikat dengan dua kalimat syahadat dan ijab Kabul dengan izin-Nya, lahirlah kita dengan selamat. Dengan segala resiko yang sangat besar yaitu melahirkan, kadangkala nyawa tantangannya tentu terima kasih kita sangat tinggi. Harapan semuanya tentu setuju ingin menjadi anak yang shaleh dan mendapatkan anak cucu yang juga shaleh dengan mendahului berbuat baik kepada orang tua kita. Insya Allah.